Rabu Pungkasa [Daily-ki]
Rabu Pungkasan sebagai pengigat
Rabu Pungkasan, dalam tradisi Jawaterdapat ritual yang dikenal sebagai Rabu Wekasan atau Rabu Pungkasan. Ritual ini dilaksanakan setiap hari Rabu terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriyah. Istilah 'pungkas' yang berarti 'terakhir' menunjukkan bahwa hari ini dianggap sebagai penutup dari suatu periode dan menjadi momen penting untuk instropeksi dan memohon perlindungan.
Keyakinan masyarakat Jawa, khususnya pada hari Rabu terakhir bulan Safar, adalah bahwa pada hari itu berbagai malapetaka atau "bala" dapat turun. Untuk menangkal hal tersebut, masyarakat melaksanakan berbagai ritual seperti shalat sunnah mutlak dan membaca doa-doa khusus agar terhindar dari segala marabahaya.
pada tahun ini Dr. KH. Mohammad Fateh, selaku pengasuh Pondok Pesantren Al Aziziyyah Rowolaku Kajen Pekalongan menyampaikan bahwa tradisi ini merupakan sebuah pengingat bahwa kita sebagai hamba sudah sepatutnya memohon pertolongan kepada tuhan yang maha esa, serta tradisi ini mengingatkan bahwa tidak ada yang patut kita minta pertolongan kecuali Allah SWT. karena jika kita tidak diingatkan dengan adanya tradisi yang sudah turun temurun ini maka manusia akan lupa atas kenikmatan yang diberi oleh Allah SWT.
Sebagian besar masyarakat jawa terdapat keliruan dalam niat sholat yang dilakukan pada ritual rabu pungkasan. mereka meniatkan sholat tersebut dengan sholat tolak bala'. memang itu tujuannya akan tetapi sholat tolak bala' itu tidak ada dan ulama' nusantara memakai niat sholat mutlak karena niat ini dirasa pas dibandingkan dengan sholat tolak bala'. Sholat ini sudah ada dalam hadis nabi yang menyebutkan bahwa sholat sunnah mutlak ini termasuk dalam sholat yang diperintahkan oleh nabi Muhammad SAW. Nama Rabu pungkasan hanya sebuah sebut agar orang orang jawa gampang mengingatkan.
Dalam ceramahnya setelah melaksanakan shalat sunnah mutlak, Dr. KH. Mohammad Fateh menyampaikan bahwa tradisi ini memiliki makna yang mendalam sebagai pengingat akan kemungkinan terjadinya musibah. Beliau menegaskan bahwa meskipun kita tidak dapat menghindari takdir Allah, namun sebaiknya kita sebagai orang islam khusunya orang jawa kita tetap melestarikan tradisi ini dan tidak meninggalkan esensi dari nilai-nilai Islam yang ada didalamnya.
Komentar
Posting Komentar